Dari Mimpi

Mala tiba-tiba berada di sebuah ruang yang gelap, di ujung terlihat ada cahaya, ia berlari menghampiri cahaya itu. Di situ Mala melihat seorang wanita dan seorang pria disebuah ruang serba putih, si wanita duduk diatas kasur dengan berselimut sambil menggendong bayi nya, si pria duduk di samping kasur sambil menggendong bayi juga. Mala yakin pasti wanita itu habis melahirkan anak kembar. Tiba-tiba si kembar fraternal itu sudah menjadi balita dalam sekejap, mereka sedang main balok-balokan.
“Ah, Caca! Kembalikan balok merahku!” seru anak yang laki-laki.
Anak perempuan yang dipanggil Caca itu menyahut, “Aku maunya yang ini! Ya terserah aku, Kiki!”
Kiki menerjang Caca, “Kembalikan, Caca! Yang merah kan cuma satu!”
“Enggak mau!”
Kiki mendorong Caca, Caca langsung mencakar hidung Kiki. Kiki menangis dengan menjerit-jerit.
“Idih, yang cewek kasar amat,” pikir Mala.
Ibu nya datang, dan langsung menggendong Kiki, begitu digendong Kiki langsung berhenti menangis. Mala terpaku menatap mereka, ia tak sadar menangis, “Betapa bahagianya punya keluarga,” gumam Mala dalam hati .

Mala tiba-tiba terbangun, ternyata ia cuma mimpi. Mala merasa matanya basah. Ia merasa kesal, mimpi itu seolah mengejeknya sebagai anak adopsi. Selama ini, Mala yang berasal dari panti asuhan, diasuh oleh seorang ibu muda yang sangat baik.
***
Jam menunjukkan pukul 8.43, sudah 3 jam pelajaran berlalu. Tapi sejak tadi Mala tidak mendengarkan penjelasan Bu Yani walau matanya terarah ke papan tulis sambil menopang dagu, sesekali ia memainkan pulpennya. Kata-kata Bu Yani yang menerangkan hukum ohm hanya masuk mata, keluar lobang hidung kiri (eh, salah ya?).
“Siapa anak kembar itu? Aku penasaran, tiba-tiba nongol di mimpiku,” kata Mala dalam hati.
“Jadi kalian tinggal masukkan rumus, cukup hapalkan rumus pasti jadi mudah. Ada yang mau coba kerjakan soal nomor 3?” tawar Bu Yani, tapi tidak ada murid yang menyahut.
“Hmm, Mala? Bisa kerjakan?” tanya Bu Yani, semua mata tertuju ke Mala yang masih melamun.
“Mala?! Gemala?!”
“Sstt! Mal?!” panggil Nora, teman sebangkunya.
“Ra, biar gua aja,” kata Rizky sambil melemparkan pulpen dan penghapus ke kepala Mala.
Mala menoleh ke belakang sambil mengelus-elus kepalanya, “Apaan sih lu, Ki? Sakit tahu,” kata Mala, kesal.
“Liat depan lu, oneng!”
Mala memutar badannya, Bu Yani sudah berdiri di samping mejanya.
“Eh… Ibu..”
“Jangan melamun terus! Kalau mau di luar aja!” kata Bu Yani, Mala mengangguk pelan.
“Gua bilang juga apa, dasar oneng,” bisik Rizky diakhiri cekikikan. Nora dan Fabian, teman sebangku Rizky, ikut tertawa.
“Pulpen ama apusan lu berarti buat gua!” ancam Mala.
“Eh, enak aja! Balikin sini!”
“Lha, siapa yang ngasih ke gua?” tantang Mala.
“Gemala!” seru Bu Yani.
Mala langsung diam.
“Turutin aja kata-kata gua lah, pasti gak bakal sial, hahaha,” bisik Rizky. Mala mencibir.
***
Mala melihat anak kembar itu saling memperebutkan balok merah lagi.
“Kembalikan balokku, Caca!” kata Kiki.
“Udah aku bilang, aku mau yang ini, Kiki!” seru Caca.
“Kembalikan!” Kiki menerjang Caca.
Caca mencakar hidung Kiki lagi. Kiki menangis, Caca malah asyik maen sendiri, tidak memperdulikan Kiki. Mala jengkel pada Caca, udah gede nanti pasti jadi anak yang geradakan, pikirnya.

“Malaa, bangun nak!”
Mala membuka matanya, “Huaamm…”
Ibu tersenyum, “Bangun nak, udah jam setengah enam kurang, ayo solat subuh dulu.” Ibu pun keluar dari kamar.
Mala duduk di pinggir kasur, ia heran, mereka siapa? Selalu hadir dimimpinya.
***
Sambil makan di kantin, Mala menceritakan mimpi-mimpinya yang ‘berepisode’ pada Nora.
“Makanya kamu melamun terus ya?” kata Nora seraya melahap mi ayam nya.
Mala menyedot es teh nya, “Iya, kepikiran mulu.”
“Untung ada gua, pulpen, sama apusan gua Mal,” celetuk Rizky yang duduk di meja sebelah.
“Maksud lo? Iya dah, gua berterima kasih!” kata Mala.
“Aneh banget mimpi kamu, bisa berlanjut gitu,” komentar Nora.
“Iya, gua penasaran siapa mereka, dan gua ngerasa pernah ngeliat mereka, tapi dimana ya? Caca dan Kiki.”
“Mal!” panggil Rizky.
“Apaan?” sahut Mala.
“Gua heran kok mimpi lu ama gua sama ya?”
Mala terbelalak, ia memutar badannya ke arah Rizky, “Serius lo?”
“Dua rius malah.”
“Ma.. Masa? Gimana isi mimpi lo?” tanya Mala.
“Ya.. sama, pertama gua ngeliat kembar cewek cowok itu dilahirin di rumah sakit, terus mereka rebutan balok merah,” cerita Rizky. Mala memutar badannya kembali.
“Kok bisa sih? Jarang ada kebetulan kayak gitu,” tanya Nora yang kaget juga.
“Meneketehe,” sahut Rizky.
***
Suatu hari, Mala tiba-tiba sudah duduk di depan si Kiki, dia terlihat marah dan membuang muka begitu melihat Mala, jelas membuat Mala heran.
“Heh bocah, kenapa lo sinis gitu? Gua belom kenal lo, tapi kok..”
Dia nengok dan menjulurkan lidah. Terlihat, hidung nya berdarah, pasti bekas dicakar Caca, pikir Mala. Dengan cepat, Mala menempel plester ke hidung Kiki, Mala juga bingung entah darimana tuh plester.
“So, gimana? Mendingan?” tanya Mala.
Kiki tersenyum lebar dan menarik tangan Mala.
“Yuk terusin! Terusin baloknya!” Kiki menarik tangan Mala.
“Eh eh, tunggu! Tunggu!” Mala berusaha melepas genggaman Kiki.
“Iih.. masa begitu ama Kiki, ayo maen balok agi!”
Ia meminta Mala untuk duduk di hadapan beberapa balok.
“Ayo, kita terusin,” kata Kiky dengan polos. Mala mengamati Kiki, menurutnya Kiki baru 4 tahun.
“Haha, ngajak maen?” Mala agak segan, “hemm.. Oke dah.”
Setelah cukup lama bermain, tidak jauh dari Mala, ia melihat Rizky sedang main balok dengn tampang ‘males amat, kenapa harus gua yang main ama dia?’ dengan anak kecil. Mala menyadari anak kecil itu kembaran Kiki, Caca. Mala melihati Rizky, Rizky membalas melihati Mala. Mereka terdiam cukup lama, tiba-tiba Rika dan Rizky telah duduk berhadapan di depan balok-balok, seolah-olah mereka sudah dari tadi main bersama. Mereka terdiam seperti patung. Mala bingung, kenapa ini? Dimana Caca dan Kiki? Mala ingin mengatakan sesuatu, tapi suaranya tidak bisa keluar.

“Graoooww!!”
“Meoooong!!”
BRAK!
GUBRAK!
Mala terlonjak. Ia menuju jendela, mencari-cari asal suara itu. Ternyata cuma kucing berantem. Mala melirik jam, baru jam 2 pagi. Ia mencoba tidur lagi, tapi tidak bisa, mimpi itu menggerayangi pikirannya. Apa maksud mimpi itu? Memang mimpi anak kembar itu tidak hadir di setiap malam. Tapi sekalinya Mala bermimpi, pasti tentang si kembar itu, bahkan seperti serial. Dan, kenapa tiba-tiba muncul Rizky? Mala masih terjaga sampai jam weker nya berbunyi di jam 5.
***
Mala tambah diam di sekolah. Sesekali ia melamunkan mimpinya. Mimpi yang aneh baginya. Sungguh aneh tapi nyata (kayak lagu jadinya). Ia pun merasa enggan berbicara dengan Rizky, entah mengapa, tapi Nora dan Fabian tidak menyadari mereka yang diam-diaman. Beberapa pertanyaan mengganjal dipikiran Mala. Kenapa ia terus-terusan bermimpi seperti itu? Siapa Caca dan Kiki itu? Kenapa Rizky tiba-tiba muncul dimimpinya?
PLETAK!
Sebuah spidol melayang ke kepala Mala. “Aaw!” Mala mendesis, mengusap-usap kepalanya.
“Karena kamu tidak mau mengikuti pelajaran Bapak, silakan keluar!” kata Pak Rano yang memang galak. Mala berjalan lunglai menuju keluar.
“Maafin aku, Mal. Tadi aku udah negur kamu tapi kamu diem aja,” bisik Nora. Mala tersenyum tipis.
***
Mala melihat ada anak kecil yang dikuncir 2 sedang meringkuk. Mala mendekati anak kecil itu, ia yakin anak itu Caca. Tiba-tiba terasa hawa aneh, hawa kesepian, kesedihan.. Seperti yang sering Mala rasakan. Mala duduk di depan Caca dan menatap Caca.
“Hai, Caca ya?” sapa Mala, Caca membalas tatapan Mala.
“Tahu nama aku ya?” sahut Caca.
“Eh, iya..”
“Nama aku Rizka, tapi Kiki suka manggil aku Caca.”
Mala manggut-manggut.
“Kamu kenapa sih? Lagi sedih?” Caca hanya menggumam pelan.
“Sendirian aja nih? Mana Kiki?”
“Aku marahan ama Kiki, dia nggak mau main lagi sama aku,” Caca menatap Mala dengan tatapan tajam. Mala terpaku melihat mata Caca. Badannya sama sekali tidak bisa bergerak, mengeluarkan suara saja tidak bisa.
“Ka.. Ka..” Mala merasa tenggorokannya kering. Mala mengamati “kamu itu gua?!”
Mala mengamati tangannya yang mengecil, ia menyadari baju dan sepatu yang tadi dipakai Caca kini melekat di badannya, rambutnya yang tergerai menjadi terkuncir dua, ia telah berubah menjadi Caca! Mala menjerit.

“Mala? Mala!” jerit Ibu, Mala terlonjak bangun.
“Kamu kenapa teriak-teriak, nak?” tanya Ibu, cemas.
Mala terengah-engah, “Cu.. Cuma mimpi serem, Bu.”
Ibu mengelus-elus kepala Mala, “Tenangin diri kamu, nak. Tidur lagi, baru jam 1.”
Mala mengangguk dan membaringkan badannya
“Baca doa ya, nak.” Ibu menutup pintu kamar.
Pikirannya menjadi kacau. Mala tidak berniat tidur kembali, ia duduk diatas kasur dengan memeluk kedua kakinya. Mala kesal, merasa dipermainkan mimpinya sendiri. Sampai alramnya berbunyi pada jam 5, ia masih dalam posisi yang sama.
***
Dua hari sebelumnya.
Rizky didatangi seorang anak perempuan berusia 4 tahunan. Anak itu menarik-narik baju Rizky sebagai tanda memanggilnya.
“Hah?” Rizky menoleh, ia yakin anak itu adalah salah satu kembaran yang sering hadir dimimpinya.
“Ini aku kembalikan,” kata anak itu sambil menyerahkan balok-balokan berwarna merah.
“Kapan gua minjemin ginian ke dia?” tanya Rizky dalam hati seraya mengamati balok itu.
Anak itu tersenyum dan menarik baju Rizky, “Ayo maen lagi! Maen lagi!”
“Eh? Hah? Maen apaan?” Rizky bingung, langkahnya mengikuti anak itu. Anak itu duduk di hadapan beberapa balok.
“Yuk terusin baloknya! Nih, Caca udah susun segini!”
Rizky masih berdiri, mengamati Caca yang asyik menyusun balok-balokan.
“Ayo duduk! Maen lagi,” nada bicara Caca terdengar manja. Rizky duduk dengan ragu-ragu, ia hanya melihati Caca.
“Kamu ikut nyusun dong, Kiki,” pinta Caca.
“Kiki? Kenapa dia manggil gua Kiki?” tanya Rizky dalam hati, tangannya mengambil sebuah balok secara perlahan, dan menaruhnya diatas jejeran balok dengan pelan. Ia melakukan itu terus-terusan, seolah-olah tidak niat. Setelah cukup lama bermain, tidak jauh dari Rizky, ia melihat Mala sedang main balok dengan anak kecil. Rizky baru ingat, anak itu kembaran Caca bernama Kiki. Eh? Kiki?
Rizky melihati Mala, Mala membalas melihati Rizky. Cukup lama mereka berpandangan, tiba-tiba ia dan Mala telah duduk berhadapan di depan balok-balok, seolah-olah mereka sudah bermain bersama sejak tadi. Mereka terdiam seperti patung. Rizky berusaha mengatakan sesuatu tapi suaranya tidak bisa keluar.
“Ma… Mal…”
Tubuhnya terasa kaku, ia tidak bisa bergerak.

GUBRAK!
Rizky terjatuh dari kasur.
“Aduuh,” rintihnya. Ia melihat sekeliling. “Oh? Gua di kamer toh?”
***
Esoknya, selama di sekolah Rizky tidak berbicara sedikitpun kepada Mala. Entah kenapa, mungkin pengaruh mimpinya tadi malam. Rizky merasa Mala juga tambah diam, ada apa ya? Apa Mala mimpi yg aneh-aneh lagi? Atau justru Mala yang mendiamkannya? Rizky sesekali memperhatikan Mala melamun sehingga tidak menyadari colekan Nora lagi, tapi ia tidak berniat menegur dengan menimpuki Mala seperti biasanya karena ada keengganan itu. Akibatnya Mala dilempari spidol oleh Pak Rano dan disuruh keluar. Rizky merasa menyesal tidak menimpuk Mala seperti biasanya untuk mengingatkan Mala.
***
Rizky melihat ada seorang anak laki-laki berusia 4 tahun berjalan mengikutinya. Kalo ia tidak salah ingat, anak itu kan Kiki. Rizky mempercepat langkahnya, ia merasa terganggu oleh Kiki. Kiki mendahului Rizky dan berhenti di depan Rizky, kepalanya menunduk. Rizky jongkok untuk melihat Kiki dengan jelas.
“Ehm.. Kenapa? Kok ngikutin mulu?” tanya Rizky, trelihat ekspresi Kiki yang murung. Kiki mengangkat wajahnya.
“Kesasar?” tanya Rizky lagi.
“Kiki?
Kiki tidak menjawab, ia menatap Rizky dengan tajam. Tiba-tiba dan Rizky sama sekali tidak bisa bergerak, ia pun tidak bisa bersuara. Setelah mengamati mata dan wajah Kiki cukup lama, Rizky menyadari kalau Kiki adalah dirinya waktu kecil! Rizky perlahan-lahan berubah menjadi Kiki. Rizky mengamati tangan dan kakinya, serta meraba-raba wajahnya. Badannya telah menyusut. Rizky terbelalak, ia menyadari telah memakai baju yang tadi dipakai oleh Kiki.

Rizky terbangun, rupanya ia bermimpi lagi. Rizky melirik jam, sekarang masih jam 1 pagi. Rizky duduk di kasurnya dengan meluruskan sebelah kakinya. Sampai azan Subuh berkumandang, posisi duduknya tidak berubah. Kini ia mengerti, arti mimpi-mimpi itu dan mengapa Mala juga memimpikan hal yang sama. Percakapannya dengan Ayah tadi sore terulang lagi.
“Kamu dulu memang punya adik cewek,” kata Ayah.
“Bener, Yah?”
“Iya, tapi.. Ada masalah yang ngebuat kamu pisah sama dia.”
“Masalahnya apa Yah?”
Ayah tidak menjawab. Beliau menatap ke bawah.
“Namanya siapa, Yah?” Rizky mengalihkan topik.
“Mungkin kamu gak akan inget walau kamu denger namanya. Karena kalian pisah sejak bayi. Namanya Rizka, Rizka Abdiana. Dan dulu kamu lebih suka memanggilnya Caca.”
***

By: La Dian

sumber :cerpen.net

Post a Comment

0 Comments